webnovel

Profesional?

"Diaaan? Bareng!" ucap Seorang Wanita bernama Ayana, berucap dengan nada yang sedikit keras memanggil Diandra.

Diandra yang tengah berjalan itu sontak langsung menoleh dan melihat Ayana yang tengah berjalan cepat ke arahnya.

"Cepet," ucap Diandra berdiri di pintu utama keluar-masuk perusahaan.

Diandra yang tengah melihat Ayana berjalan setengah berlari ke arahnya itu dengan tak sengaja matanya melihat ke arah Alfa dan Nadya yang tengah berjalan ke arahnya juga.

"Huuuh! Bosen banget liat mereka," gumam Diandra.

"Kenapa?" tanya Ayana.

"Hm? Enggak gak pa-pa," jawab Diandra, "Ayo ...."

"Ayo," ucap Ayana. Mereka lalu berjalan ke arah lift, hingga akhirnya mereka berdiri di depan pintu lift.

Ayana menekan tombol di samping lift. "Tumben kamu kok datengnya siang, biasanya kamu dateng lebih pagi, ini kenapa siang?" tanya Ayana.

Diandra menatap lurus, dia melihat ke arah pintu lift dan melihat bayangan seseorang dibelakangnya, walau tidak jelas karena hanya bayangan saja, Diandra bisa memastikan kalau itu pasti Nadya dan Alfa.

Yang berdiri di belakangnya itu pasti Nadya dan Alfa.

"Iya, semalem aku nginep di rumah Nadisya, dia sahabat aku. Aku cerita-cerita sama dia, curhat panjang lebar, saking serunya gak liat jam dan sampe tengah malem, jadinya aku telat bangun dan kesiangan," ucap Diandra, dia sengaja berbicara seperti itu agar Nadya mendengarnya dan iri.

"Aku pengen deh punya sahabat kaya kamu sama temen kamu itu, seru kayaknya," ucap Ayana.

"Seru banget, Ay. Nanti kamu aku kenalin deh sama Nadisya, anaknya asik kok. Kita bisa temenan bertiga, nanti kamu ikut aku nginep juga di rumah Nadisya, terus kita cerita-cerita sampe tengah malem, aku jamin kamu pasti bakalan nyaman," ucap Diandra.

"Boleh?" tanya Ayana.

"Boleh lah," jawab Diandra.

"Jangan mau temenan sama yang namanya Nadisya," ucap Alfa ikut bersuara. "Dia itu bukan perempuan baik-baik!"

Ayana dan Diandra sontak langsung melihat ke arah Alfa yang berdiri di belakangnya.

"Hm? Pak?" Ayana terlihat kebingungan.

"Perempuan yang namanya Nadisya itu terlalu murahan! Gak punya harga diri!" ucap Alfa lagi.

"Jaga ucapan kamu ya!" ucap Diandra seraya menunjuk Alfa dengan jari telunjuknya.

"Al, kamu gak boleh kayak begitu," ucap Nadya.

"Diem kamu! Gak usah so belain!" ucap Diandra pada Nadya dengan nada sarkas. "Gak usah so manis, so anggun dan so baik deh! Dasar perempuan bermuka dua!"

Nadya yang mendengar Diandra berucap sarkas itu menelan salivanya. "Aku gak maksud kayak begitu, Dii."

Diandra memalingkan wajahnya ke arah lain dan mendelik sinis.

Ting

Pintu lift terbuka. "Ayo, Ay." Diandra memegang tangan Ayana dan menariknya pelan masuk ke dalam lift.

"Kamu itu masih sekertaris saya ya Diandra! Artinya kamu bawahan saya! Kamu harus profesional dong! Ini juga kantor saya! Aturan kamu nyuruh saya masuk dulu! Baru setelah itu kamu yang masuk!" ucap Alfa.

"Kalau saya gak mau gimana? Mau kasih saya SP satu? Atau langsung tiga sekalian? Gak masalah, silahkan!" ucap Diandra.

"Kalian?" Alfa menunjuk ke arah Diandra dan Ayana.

"Dii ... aku masih butuh kerjaan, aku punya orang tua dan adik yang harus aku hidupi," bisik Ayana.

"Ck!" Diandra lalu keluar dari lift bersamaan dengan Ayana.

Lalu setelahnya Alfa yang masuk ke dalam lift bersama dengan Nadya.

Nadya melihat ke arah Diandra. "Ayo, Dii ... masuk," ucap Nadya pada Diandra berbicara dengan nada lembut.

Diandra langsung memalingkan wajahnya ke arah lain enggan menanggapi.

"Kalau kamu mau masuk duluan, masuk aja," ucap Diandra pada Ayana, "aku gak sudi satu lift sama perempuan gak tau diri kayak dia," ucap Diandra dengan mata melirik ke arah Nadya.

Nadya yang mendengar Diandra berucap itu kembali menelan salivanya lagi.

"Enggak deh, aku sama kamu aja," ucap Ayana.

Diandra melihat ke arah Alfa dan Nadya lagi. "Udah denger kan? Jadi silahkan naik lebih dulu," ucap Diandra seraya tersenyum.

Alfa memutar kedua bola matanya malas, dia lalu menekan tombol di samping pintu.

Diandra melangkahkan dan menaruh kaki kanannya di tengah-tengah pintu lift, dia lalu menatap Alfa. "Karena saya males masuk ke ruangan bapak dan ngasih tau jadwal bapak hari ini, jadi saya kasih tau sekarang aja ya!"

Alfa dan Nadya langsung menatap Diandra lagi.

"Jam sepuluh Pak Alfa ada meeting dengan Pak Davin di Randle Company, terus jam satu setelah makan siang, Pak Alfa juga ada meeting di Steward Group. Terus ada beberapa berkas yang harus bapak tanda tangani, berkas-berkasnya ada di meja saya, jadi nanti pas Bapak lewat meja saya, bisa langsung di ambil aja ya, Pak." ucap Diandra seraya tersenyum. Dia lalu melihat ke arah Nadya. "Dan anda, Mbak Nadya yang terhormat selaku nyonya dari Bapak Alfa Alvino, saya tau kalian berhubungan, tapi profesional dong, ini kantor loh, tempat kerja! Bukan pasar malam untuk pacaran, jadi ada baiknya gak usah gandeng-gandengan tangan, apalagi lakinya hasil ngerebut, malu loh Mbak sama karyawan lain. Jadi, bersikaplah profesional, terimakasih!" ucap Diandra seraya tersenyum dengan sangat manis lalu setelahnya dia langsung mundur dengan pandangan masih melihat ke arah Nadya.

Nadya sontak langsung menelan salivanya saat Diandra berucap, dia langsung melepas tangan Alfa yang menggenggamnya.

"Cih!" Diandra mendecih sinis dan tersenyum miris menatap Nadya. "Murah!" gumam Diandra.

Pintu lift tertutup rapat.

"Dian? Apa tadi kamu gak terlalu kasar? Ya aku tau kamu sama Pak Alfa, Nadya terus sama Pak Andra itu temenan udah lama banget, aku juga tau kalian bersahabat sebelummya, tapi apa gak terlalu kasar ngomong kayak tadi? Apalagi tadi Nadya kamu katain ...."

"Itu belum seberapa, Ay. Yang mereka lakuin ke Nadisya jauh lebih jahat banget!" ucap Diandra.

"Jahat banget gimana?"

"Kamu pasti pernah dong denger gosip Alfa tuh pacaran sama sahabat aku, yang tadi aku ceritain, Nadisya."

"Iya ... aku emang sempet pernah denger," ucap Ayana.

"Nah, aku, Nadisya sama Nadya tuh sahabatan bertiga juga! Nadya tuh satu circle sama aku dan Nadisya! Tapi apa? Sekarang kamu liat, si Alfa malah sama si Nadya! Itu perempuan malah pacaran sama pacar sahabatnya sendiri! Padahal dia tuh tau masalah yang sebenernya terjadi."

"Masalah apa?"

"Ya ada lah pokoknya! Pokoknya si Nadya ini musuh dalam selimut! Terus si Alfa juga jahat banget! Masa dia mukul Nadisya, pokoknya tuh orang jahat banget! Kesel aku sama mereka, udah gitu pake ngata-ngatain lagi! Si Nadya juga tau yang sebenarnya kayak gimana, tapi dia malah diem aja, sahabatnya dicaci maki dan dia gak belain sama sekali, ya gimana aku gak kesel! Terus tadi kamu bilang, apa aku gak keterlaluan? Yang mereka lakuin jauh lebih keterlaluan, Ay."

"Aku gak tau masalah apa yang terjadi di antara kalian, tapi masa iya Nadya kayak begitu sih, mukanya keliatan muka orang baik loh."

"Muka doang keliatan polos, padahal hatinya mau, naudzubillah jahatnya, Ay."

Ayana tersenyum canggung bingung bagaimana harus menanggapi ucapan Diandra. "Ya udah, banyak-banyakin sabar, percaya deh ... Tuhan gak pernah tidur kok."

"Nah begitu! Nadisya selalu ngomong kayak begitu! Sabar, ikhlas, Tuhan gak tidur. Sampe bosen aku dengernya."

"Ya kan emang begitu," ucap Ayana seraya menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.

Diandra menggelengkan kepalanya.

Bersambung.