webnovel

Agar Mereka Tidak Menuduhmu Lagi

"Dii? Kok kamu ngomongnya kayak begitu?" tanya Andra, "Nadya ini kan–"

"Diem kamu!" sela Diandra seraya mengarahkan jari telunjuknya pada Andra, dia menatap Andra dengan tatapan sinis dan kesal, "aku gak ngajak kamu ngomong jadi diem! Berapa kali harus aku bilang untuk jangan pernah mengajak aku berbicara lagi! Anggap kita sudah tak saling mengenal!" ucap Diandra dengan nada sarkas.

Andra langsung diam tak lagi meneruskan ucapannya, sedang Nadya, sejak tadi dia menelan saliva dan memegang antara leher dan juga dada yang terasa sangat sesak. Tenggorokannya juga terasa sangat tercekat saat Diandra mengatainya. Sama sekali tak pernah dia bayangkan kalau kata-kata kotor seperti itu akan terucap dari bibir Diandra untuknya, karena sebelumnya, hubungannya dengan Diandra sangat baik dan mereka bersahabat.

"Dii? Udahlah, kita balik aja ayo." ucap Rafli yang sejak tadi menonton itu bersuara. Dia lalu berbalik dan melangkahkan kaki seraya menarik tangan Diandra yang tergenggam, namun Diandra malah tetap berdiri di tempat enggan melangkah, hingga Rafli pun tak jadi melangkah.

Pandangan Diandra masih menatap lurus ke arah Andra, dia menatap Andra dengan tatapan benci, karena teringat semua yang Andra lakukan padanya.

"Dii? Ayo," ucap Rafli kembali berdiri di samping Diandra.

"Aku belum selesai bicara dengan mereka, Raf, tolong ... sebentar lagi oke?" pinta Diandra dengan nada lembut pada Rafli. "Ini agar mereka tidak terus mengatai kamu dan juga Nadisya, biar laki-laki di depan aku ini berhenti menuduh kamu yang berselingkuh dengan Nadisya."

Rafli diam tak menjawab ucapan Diandra, dia mengatupkan bibir bingung harus menjawab apa.

Andra yang mendengar Diandra bersikap lembut pada Rafli dan malah berkata dengan nada sarkas padanya itu entah mengapa merasa tidak terima, hatinya tiba-tiba saja ingin marah.

Diandra lalu kembali menatap Alfa lagi. "Bagi aku kalian lebih sampah daripada Rafli!" ucap Diandra.

"DIANDRA!" ucap Nadya dengan nada yang lumayan keras mulai kesal dan tak terima.

"APA HAH?" jawab Diandra dengan nada yang lumayan keras juga, "Mau marah? Marah aja! Gua gak peduli!" ucap Diandra.

"Dii ... udah, ayo." ajak Rafli meminta Diandra untuk menyudahinya dan pergi saat setelah dia melihat ke segala arah, melihat beberapa karyawan Glorious Group yang menonton melihat ke arah mereka.

Namun, Diandra sama sekali tak menanggapi ajakan Rafli dan masih menatap Nadya dengan tatapan sinis dan kesal.

"Kamu marah? Gak terima?" tanya Diandra pada Nadya, "Inget, semua yang aku omongin ini semuanya bener! Kalian mengatai Rafli sampah, padahal kalian sendiri juga lebih dari sampah! Apalagi kamu, Nadya! Aku malah gak nyangka kamu bisa jadi sesampah ini! Aku kira kamu gak akan kayak begini, tapi nyatanya? Cih! Demi apapun seumur hidup aku tidak akan pernah memaafkan kamu! Aku tidak akan pernah menjadi teman kamu lagi! Jangankan menjadi teman, untuk bertegur sapa sekedar kenal saja aku tidak mau!" ucap Diandra menatap Nadya dengan tatapan benci.

Nadya yang mendengar Diandra berucap itu matanya langsung berkaca-kaca ingin menangis tak tahan, di memegang antara dada dan juga leher yang terasa sangat sesak dan perih.

"Diandra ...." ucap Nadya, dia menelan salivanya tak tahan saat tenggorokannya terasa tercekat. "Aku–"

"Kamu denger ya!" ucap Diandra pada Nadya lalu setelahnya dia melihat ke arah Alfa dan menunjuk Alfa dengan jari telunjuknya, "Kamu juga! Aku bukan Nadisya yang lemah, yang bisanya nangis kalau disakitin, aku bukan Nadisya yang bisa dengan mudah memaafkan, aku bukan Nadisya yang bisa mikir 'Ya udahlah, mau gimana lagi? Sabar aja udah, nanti Tuhan yang bales!' enggak! Aku gak bisa kayak begitu! Aku gak selemah itu! Aku bakal lawan semua orang yang menurut aku salah! Gak peduli dia itu siapa! Jangan samakan aku dengan Nadisya! Aku bisa tegas sama kalian semua!" ucap Diandra dengan penuh amarah.

Rafli yang berdiri di samping Diandra itu hanya bisa mengelus punggung Diandra, sebisa mungkin dia berusaha membuat Diandra tenang.

"Diandra? Udah dong, kok kamu sekarang jadi begini sih?" Andra bersuara.

"Gua gak bakal kayak begini kalau gak dimulai duluan dan yang memulai ini semua tuh kalian! Yang mengatai duluan siapa hah? Kalian!" ucap Diandra. "Kamu," ucap Diandra menunjuk ke arah Nadya, "Kamu rebut laki-laki yang dicintai sama sahabat kamu sendiri, letak pikiran kamu dimana Nadya? Dimana hah?" tanya Diandra.

Nadya diam tak menjawab yang Diandra tanyakan.

Diandra lalu menatap Alfa. "Kamu, cih!" Diandra mendecih sinis saat menatap Alfa, "Kamu mengatai Nadisya, menuduh dia yang tidak-tidak padahal nyatanya? Liat dong, dia sekarang sama Rafli enggak? Enggak kan? Jadi tolong buka mata kamu lebar-lebar! Nadisya tidak pernah mengkhianati kamu! Dan yang paling gak waras, sekarang kamu malah memacari dia, yang udah jelas dia ini sahabat pacar kamu sendiri," ucap Diandra melihat Nadya dari ujung kaki hingga kepala dan kembali mendecih sinis.

Diandra lalu melihat ke arah Andra. "Kamu? Ck!" Diandra berdecak, "Dahlah, males aku liat muka kamu! Kamu juga gak lebih sampah!" ucap Diandra mendelik sinis.

"Tapi kamu lupa? Sahabat kamu itu juga sekarang udah sama laki-laki yang baru dia kenal," ucap Alfa, "dia menjalin hubungan dengan seorang pria yang belum lama dia kenal! Saat masih bersama dengan aku, dia deket sama laki-laki ini," ucap Alfa seraya melirik ke arah Rafli, "Terus sekarang sama laki-laki baru, dengan jarak waktu yang dekat! Apa namanya kalau bukan murahan hah?"

"Kamu salah! Nadisya bisa langsung nyaman dan menerima Darren, karena dia sudah menganggap Darren itu rumah! Disaat kamu banyak menyakiti hati dia, bukan aku atau Rafli yang paling banyak ada di samping dia dan menemani dia, tapi Darren yang paling banyak menemani dia! Harusnya kamu tuh bisa mikir, buka mata kamu lebar-lebar! Gak semua yang kita lihat itu benar!" ucap Diandra.

"Dii ... udah, ayo ... gak enak diliat orang," ucap Rafli.

Diandra sontak langsung melihat ke segala arah, dia melihat beberapa karyawan dan teman-temannya melihat ke arahnya, dia baru sadar kalau perdebatannya dengan Nadya, Alfa dan juga Andra menjadi tontonan.

"Kamu berubah banget sekarang, Dii ... sumpah, ini bukan Diandra yang aku kenal," ucap Andra.

"Aku seperti sekarang juga karenamu!" ucap Diandra dengan gigi yang menggertak kesal pada Andra dan tetap mendelik dengan sinis.

Rafli lalu meraih telapak tangan Diandra lagi dan menggenggamnya. "Udah, malu jadi bahan tontonan, kita pergi sekarang," ucap Rafli lagi seraya menarik pelan tangan Diandra.

Diandra masih menatap 3 orang yang tadi berdebat dengannya itu, dia memutar kedua bola matanya kesal pada mereka lalu setelahnya menatap lurus dan berjalan mengikuti langkah kaki Rafli.

Bersambung