webnovel

(IN) SIDE

Pemuda berusia 16 tahun bernama Nathan Davies tampak seperti remaja pada umumnya. Ah tidak, dia lebih mirip seperti orang buangan daripada pelajar SMA. Berpakaian lusuh tak terawat dengan tubuh kurus dan kulit sepucat mayat. Orang-orang pasti akan menganggapnya pengidap obat-obatan terlarang. Tapi fakta dibaliknya terdengar begitu memilukan. Dia mengidap 'Short Term Memory Lost Syndrom'. Atau dikenal sebagai Hilang Ingatan Jarak Pendek. Terdengar konyol memang. Tapi siapa sangka hal itu malah membuat hidupnya yang malang lebih hancur lagi. Ia juga tak ingat sejak kapan mempunyai teman-teman bernama Jeremy, Vincent, Wyatt, dan Dean. Keberadaan mereka sangat membantu kehidupan Nathan. Tapi bukankan sangat janggal? Benarkah mereka nyata? atau hanya gambaran dari kesepian yang ia pendam selama ini? Lalu, siapa ia sebenarnya? Apakah ia Nathan? Jeremy? Vincent? Wyatt? atau Dean?

JieRamaDhan · Urban
Not enough ratings
12 Chs

Gang Gelap

Kadang memang apa yang kita harapkan tak pernah berjalan mulus. Bahkan untuk sekecil perhatian yang harusnya di dapatkan, apakah kita yang terlalu egois ?

Nathan bertugas piket pada hari ini. Dimana ia tahu tak ada anak lainnya yang mau berbagi. Yah, mereka melimpahkan semua tugas padanya. Pemuda kurus itu menyapu lantai, membersihkan laci meja yang penuh sampah, dan juga mengepel lantai.

Lengan kemejanya sengaja di gulung agar tak terkena noda kotor. Keringat bercucuran di dahinya karena ia telah melakukan semuanya sendirian. Jika tak menurut sudah pasti besok ia akan menerima hukuman.

Di luar sana tepatnya di lapangan bola, beberapa siswa sibuk bermain bersama teman lainnya. Nathan hanya bisa menatap, ia iri. Bahkan keberadaannya tak dianggap. Bolehkah ia berharap ? ia juga manusia, ia sama seperti para siswa lainnya.

'Berpikir apa kau' monolognya. Nathan bergegas merampungkan pekerjaannya. Menggendong ranselnya dan kemudian keluar kelas seraya membawa peralatan kebersihan yang akan ia taruh di gudang baru.

Terletak tepat di sebelah toilet laki-laki yang ada di lantai satu. Nathan membawa dengan hati-hati melewati anak tangga. Sepatunya memiliki permukaan yang licin karena ia sudah menggunakan bertahun. Tanpa ganti tentunya. Untuk makan saja ia harus berhemat, tak terpikir bagaimana ia harus mengganti sepatu usang miliknya dengan yang baru.

Koridor yang ia lewati tampak lengang, tentu saja karena ini sudah lewat satu jam dari waktu pulang. Hanya ia sendiri di dalam gedung sekolahan. Tertatih membawa alat kebersihan memasuki gudang baru.

"uhuuk !" Ruangan pengap dan penuh debu sukses membuat tenggorokannya sesak. "Ohook !! Ohoook !!" Nathan terbatuk berkali-kali. Pemuda itu langsung keluar dari ruangan sebelum paru-parunya semakin meradang.

Entah dari kapan ia memiliki masalah dengan pernapasan. Namun Nathan tahu jika di biarkan mungkin ia akan semakin parah. Namun ia bisa apa ? hanya menunggu waktunya berakhir. Menjalani hari-hari penuh siksaan ini dengan biasa saja.

'pluk'

Nathan menoleh ke sisi kanan saat sebuah tangan menepuk bahu kanannya. Pemuda dengan rambut pirang menyengir ke arahnya. "Wyatt ?"

"Sendirian saja ? kau tak takut di culik ?"

"Tak ada yang mau menculik orang miskin seperti ku"

'Plaak!' Seketika Wyatt menggeplak kepala Nathan. "Sudah berapa kali ku bilang, jangan merendah"

Pemuda kurus yang menjadi korban meringis, Nathan mengelus bekas geplakan Wyatt sembari menggerutu. "aku bicara fakta"

Wyatt merangkul bahu Nathan, tak mempedulikan gerutuan pemuda di sebelahnya. "jika sendirian panggil aku saja" ujar Wyatt dengan gestur seakan hendak menelfon.

"Jadi kau sekarang adalah pria panggilan ?" Goda Nathan.

Mata Wyatt membulat, pemuda pirang itu mengacak rambut Nathan. "Lihat lihat, siapa yang sekarang sudah berani~" Dan hal itu membuat pemuda kurus di sebelahnya mendumel kesal.

"Akh ! rambutku ! sialan kau !" Dan keduanya berlarian diiringi tawa Wyatt dan ancaman Nathan terhadapnya.

Tanpa diketahui seorang pemuda tinggi menatap kearah pemuda yang tengah berlari dengan pandangan yang susah diartikan. Dalam diam, ia kembali mengikuti dari jarak yang lumayan jauh namun masih bisa mengawasi gerak-geriknya.

.

.

Keduanya berjalan beriringan melewati pertokoan yang berjajar di kanan jalan. Sembari bersenda gurau tak mempedulikan beberapa pasang mata yang menatap risih kearahnya. Seakan merasa terganggu akibat kebisingan yang di akibatkan.

"Hiraukan saja" tukas Wyatt saat sadar Nathan tiba-tiba terdiam di tengah gurauan mereka. "Mereka tak akan mengerti kita, biarkan saja mereka tenggelam dalam pikirannya sendiri"

"aku tak bisa" bisik Nathan, walau masih bisa di dengar oleh Wyatt.

"Ck, ada kalanya pandangan orang hanya akan membuatmu semakin tak berdaya, apa mereka membantumu ? Tidak, mereka hanya ingin menghakimi sepihak" sergah Wyatt menepis semua pemikiran buruk Nathan. Pemuda pirang itu selalu saja membuat Nathan tak bisa berkata-kata.

Entahlah, Nathan pun bingung kenapa Wyatt mau berteman dengan dirinya yang tak lebih dari seorang pengecut.

'BRAAK'

'BUUGH'

Kedua pemuda serentak berhenti tepat di mulut gang begitu mendengar suara keras di dalam gang. Samar mereka melihat beberapa siswa berkumpul mengitari sesuatu atau seseorang. Berkali-kali suara bising itu terdengar.

'BUAGH !!'

'BUUUGH!!'

"Akhh.." Sayup-sayup terdengar suara erangan dari dalam sana. Seseorang tengah di pukuli oleh beberapa siswa yang berkumpul.

Nathan langsung menahan lengan Wyatt saat pemuda pirang itu melangkah masuk ke dalam gang. "Jangan.." cicitnya. Nathan takut, sangat takut jika temannya yang sering bertindak nekat ini mulai ikut campur pada perkelahian orang lain.

"Kalau bukan aku siapa lagi yang akan menolongnya ?!" Suara Wyatt meninggi ia menepis genggaman tangan Nathan dan berlalu tanpa mempedulikan teriakan pemuda kurus di belakangnya.

Nathan meringis, ini bukan waktu yang tepat untuk bertindak sok pahlawan. Satu lawan lima terdengar hal mustahil. Nathan tak berani melihat temannya berkelahi dengan jumlah tak seimbang.

.

.

.

Dengan rasa percaya diri pemuda berambut pirang berjalan masuk ke dalam gang yang terlihat gelap. Beberapa genangan air masih tercipta. Juga bau sampah dari tempat pembuangan di sisi kiri gang.

"Ughh.. bau sampahnya busuk sekali"

Sontak beberapa pemuda disana menghentikan aksi mereka yang tengah asik memukuli pemuda lainnya. Mereka langsung menatap sini pada Wyatt yang malah cengengesan.

"Sial bau sampahnya membuatku mau muntah saja"

"Mau apa kau ?! Cepat pergi dari sini !!" Tukas salah satu pemuda dengan lengan kemeja yang menyingsing.

"Wah, aku baru tahu kalau sampah bisa bicara" ujar Wyatt enteng, bahkan cengiran masih terpatri di wajahnya.

"Kurang ajar kau !" Pemuda dengan hoodie hitam maju lebih dulu. Berlari ke arah Wyatt dengan kepalan tangan yang langsung menuju ke wajah pemuda pirang.

'seet—' dengan santai nyari tak bersuara Wyatt menghindari pukulan dan langsung mengarahkan sikutnya tepat ke punggung pemuda itu yang mengakibatkannya jatuh tersungkur.

"Brengsek !!" Tak tinggal diam para pemuda lainnya maju dengan memegang senjata masing-masing.

Seorang berkalung rantai tampak mengayunkan balok kayu kearah Wyatt. Yang dengan mudah di hindari olehnya hingga balok kayu itu malah mengenai pemuda berandal lainnya.

'Buugh!!' Wyatt menendang perut lelaki yang menggunakan anting-anting dihadapannya. Dan jatuh tersungkur menimpa temannya yang lain.

"Aku tak boleh terluka kali ini !" Seru Wyatt dan berlaei menerjang lawannya. Memukul tepat di ulu hati hingga lawannya terkapar di tanah.

Entah karena insting bertarungnya kuat atau lawannya mudah sekali di tebak, Wyatt langsung menangkap tangan yang hampir saja memukulnya dari belakang. Pemuda pirang itu menarik tangan lawannya serta memukuli bertubi-tubi perut dan terakhir menendangnya hingga jatuh.

"Huft ~" Wyatt melihat seluruh lawannya jatuh bergelimpangan dengan memegangi tubuh mereka yang kesakitan.

"Kau tak apa ?" Tanyanya pada pemuda yang menjadi korban perundungan. Pemuda itu masih duduk dengan gemetar dan wajahnya di penuhi lebam. Wyatt meringis membayangkan betapa menderitanya anak itu jika ia tak menolong.

"Ayo ikut bersamaku, kau akan aman"

Anak lelaki dengan seragam kotor itu sedikit meragu, namun tatapan Wyatt seakan menghipnotisnya untuk percaya. Pemuda itu akhirnya menjabat tangan Wyatt untuk bangkit.

"WYATT DI BELAKANG MU !!"

'CRAASSSH'

Nathan berlari tepat di depan Wyatt menahan bongkahan kaca tajam dengan telapak tangannya yang kosong. Serpihan darah menetes membasahi telapak hingga sikunya. "Akhh!" Nathan meringis karena bukan hanya tangannya saja yang sakit, namun kepalanya juga ikut berdenyut tak karuan.Kenapa disaat genting begini penyakitnya tak bisa di ajak kompromi.

Nathan jatuh terduduk memegangi kepalanya yang sakit luar biasa.

"Sial !" Wyatt langsung menendang pemuda berhoodie yang menyerang dengan kaca tadi. Memukuli hingga pemuda itu tak berdaya di bawahnya.