1 MIMPI BURUK BERKEPANJANGAN

Seorang murid SMU terlihat sedang menyusuri kegelapan malam itu.

Dia berjalan dengan mata yang bahkan tak bisa melihat setitikpun cahaya.

Hhh! Hhh!

Napasnya tersengal, dia tak tahu kalau itu adalah sesuatu yang sangat tidak boleh ia abaikan.

Brak!

Krieet!

Sebuah pintu pun terbuka di hadapannya, itu adalah pintu kelas baru yang baru saja ia masuki.

"Ibu, saya adalah anak pindahan dari-" seketika ucapannya tak ingin lagi keluar dari mulutnya yang perlahan membisu. Menatap begitu banyak darah dan juga berbagai lubang di tubuh para murid SMU itu dan guru yang sedang menangis melihat ke arahnya dengan tatapan kosong.

"Hic, hic! Ini semua adalah salahmu Damian. Kau, bahkan tidak berusaha untuk menyelamatkan kami, ini semua adalah salahmu, kau pembunuh."

"Iya, pembunuh!"

"Pembunuh!"

"PEMBUNUUHHHHHHH!"

HHHHHH!

Ting!

Tring!

Tring!

Suara alarm dari ponselnya sontak mengangetkannya.

"Hhh!" Pria tampan yang saat itu sudah berusia 21 tahun, mengusap kasar kepalanya yang dipenuhi dengan keringat dingin. "Lagi-lagi, mimpi yang sama," ucapnya, yang kemudian mulai untuk melegakan hatinya.

Pria yang hanya mengenakan celana panjang yaitu sontak menuruni kasur, kemudian melangkahkan kakinya ke dapur untuk mengambil segelas air.

Glug!

Glug!

Dengan dua kali teguhkan besar, pria itu telah menghabiskan segelas air putih. Air itu dia telan dengan terburu-buru sehingga membasahi dada bidangnya.

"Hhh!" Sekali lagi dia hanya bisa menarik nafasnya dengan kecewa. "Sudah 3 tahun berlalu, akan tetapi semuanya masih terlihat jelas di dalam ingatanku seakan-akan baru saja terjadi kemarin. Sebenarnya apa yang ingin dilakukan oleh tuhan? Apakah ini adalah hukuman untukku karena tidak menolong mereka saat aku mendapatkan mimpi seperti itu? Kenapa mereka terus-terusan menghantuiku seperti itu? Kenapa?"

Dia pun merebahkan tubuhnya di atas sofa yang penuh dengan kantong plastik bekas cemilan yang ia makan.

Ya, dia adalah Damian Christoper. Murid SMU biasa yang cerdas dan memiliki sedikit kelebihan dari yang maha kuasa.

Dia bisa melihat masa depan dari mimpi-mimpi yang ia dapatkan setiap malam. Terkadang mimpi itu tak terjadi begitu saja keesokan harinya, akan tetapi dia menunggu beberapa waktu untuk kejadian nyatanya itu datang ke hadapannya.

Damian yang sering disapa dengan Iyan itu, adalah anak yang percaya dengan sesuatu yang nyata.

Dia bahkan tak pernah pergi sedikitpun atau mempercayai apa yang dikatakan oleh sahabat-sahabatnya tentang mimpi mereka. Akan tetapi ternyata ketidakpercayaannya itu malah menjerumuskannya ke dalam neraka tanpa dasar.

Ya, semua itu terjadi pertama kali ketika ia berusia 5 tahun. Dia dan keluarga besarnya baru saja pindah dari Texas ke Sydney.

Keluarga mereka terkenal sangat harmonis dan juga saling menyayangi satu sama lain. Namun, di sebelah rumah mereka itu merupakan rumah dari seorang pembunuh berantai yang keberadaannya sedang dicari-cari oleh pihak berwajib.

Damian mendapatkan penglihatan di mimpi pertama yang membuatnya panas tinggi. Keesokan harinya, penglihatan yang ia dapatkan tentang masa depan dari pembunuh bayaran itu akhirnya terjadi, polisi menemukannya dengan berbagai alat yang sama persis dengan apa yang mereka cari di dalam rumahnya yang sudah penuh dengan bertumpuk-tumpuk mayat manusia, korban pembunuhannya.

Damian sangat takut ketika mendapatkan berita yang ia tonton di televisi saat itu. Akan tetapi setelah memimpikan Hal pertama yang ia dapatkan, dia sama sekali tidak bermimpi lagi hingga ia berusia 7 tahun.

Itu adalah mimpi tentang anak kecil yang tenggelam di sungai. Kebetulan Damian juga sedang bermain di pinggir sungai itu, pada akhirnya dia pun yang menyelamatkan anak itu tanpa ia sadari.

Sejak dari kejadian itu, mimpi-mimpi ane terus saja datang menghantui dirinya di setiap malam.

Namun, karena dia terpaksa pindah mengikuti kedua orang tuanya, dia pun sama sekali tak bisa melakukan apa-apa pada mimpi-mimpinya.

Hingga yang terakhir, ketika ia menginjak kelas 3 SMU, dia pun pindah ke Jepang sendirian.

Damian mendapatkan beasiswa di sana karena menjadi murid terpandai dari sekolah sebelumnya.

Orang tuanya sangat mendukungnya. Dan pada akhirnya, dia pun mendapatkan mimpi tentang kematian seluruh teman sekelasnya beserta guru yang mengajarnya.

***

Hhh!

"Andaikan aku sama sekali tidak mengabaikan mimpi itu. Tapi, apa yang bisa aku lakukan setelah mendapatkan mimpi seperti itu?" Pria itu menatap telapak tangannya sendiri dengan pupil mata yang bergetar ketakutan. "Aku hanyalah manusia biasa. Aku sama sekali tak memiliki kekuatan apapun untuk menghalangi takdir. Bagaimana kalau aku malah mengubah sesuatu yang seharusnya tak aku ubah. Akhhhh!" Dia pun menjerit.

Tiba-tiba saja, dalam pikiran yang saat itu sedang berpikir dengan keras, sekali lagi iya menonton berita tentang kejahatan di televisi.

Bola matanya itu melirik ke arah televisi yang saat itu berbicara sendiri tanpa diperhatikan oleh siapapun.

Damian bahkan tak pernah sekalipun keluar dari rumahnya, karena terlalu takut untuk menghadapi dunia yang selalu sama dengan apa yang ia mimpikan.

"Kejahatan terjadi di mana-mana, apa ini?" Satu lagi kejadian buruk telah terjadi.

"Dilaporkan, sudah dua minggu terakhir pihak kepolisian Jepang mendapatkan laporan acak dari suara yang diyakini adalah seorang wanita dewasa, bahwa kiamat akan segera terjadi. Laporan itu terus saja berlanjut. Namun, sama sekali tidak ada yang mempercayainya karena tidak mungkin hal seperti itu akan diketahui oleh manusia biasa. Pihak kami akan melanjutkan pencarian dan juga mengungkap misteri dibalik laporan-laporan itu."

"Kiamat?" Damian bergumam. "Bagaimana mungkin seorang manusia bisa mengetahui kiamat? Cih! Mereka benar-benar membuatku-" tiba-tiba saja pria itu pun teringat akan sesuatu.

Tiga hari yang lalu dia memimpikan hal yang membuat seluruh bulu yang ada di tubuhnya itu merinding. Akan tetapi mimpi itu sama sekali tidak bisa ia ingat.

"Akkkhhh! Ada apa dengan kepala aku? Kenapa setiap kali aku mencoba untuk mengingat mimpi yang buram itu, kepalaku jadi semakin sakit?" Dia pun memegang kepalanya yang terasa sangat sakit. "Hhh!" Kemudian pergi ke laci yang ada di samping kasurnya dan mengambil obat penahan sakit kepala yang selalu ia minum setiap hari.

Glug!

Glug!

"Hhh! Aku tidak akan pernah percaya, bahwa manusia bisa memiliki kekuatan seperti itu. Mustahil! Mustahil semua itu bisa terjadi. Mustahil bahwa-"

"Mustahil apa? Semuanya tidak akan ada yang mustahil, jika kau ingin berusaha dengan keras, kan?" Suara seorang wanita yang entah datang dari mana sontak mengagetkannya.

"Kau!" Mata pria itu terbelalak dan langsung refleks memundurkan tubuhnya. "Sebenarnya kau masuk dari mana? Bagaimana bisa kau masuk ke dalam sini padahal aku mengunci pintunya?" Kebingungan memenuhi kepala Damian saat itu.

Wanita itu pun tersenyum. "Haha, kau pikir pintumu itu bisa menghalangiku masuk? Aku adalah penyihir, melewati benda padat adalah keahlianku. Dan sekarang, aku ingin menawarkan padamu untuk masuk ke akademi NINE EYES, tempat di mana kau akan mendapatkan kekuatan tanpa batas yang berasal dari dirimu sendiri."

Damian terperanjat. "A-apa? Kau gila!"

avataravatar
Next chapter