webnovel

卡桑德拉

Sam berjalan perlahan ke ruang bersalin. Dia melihat Ryu yang masih terbaring dengan bayi terbungkus kain sutra di pelukannya. Bibir wanita itu tersenyum lebar, dia bahagia menjadi seorang ibu. Meski wajah terlihat lelah dengan keringat yang masih bercucuran. "Ini anakku?" kata Sam tanpa melihat bayi dalam gendongan Ryu. "Ya Sam. Ini anak kita" "Halo pahlawanku" Sam menyapa dengan lembut. "Dia perempuan, Sam!" Ryu tertawa. "Hai tuan putri, ini ayah" Sam menyentuh pipinya yang memerah. Dilanjutkan dengan kecupan hangat di kening sang istri. "Terima kasih sayang, kamu telah berjuang untuk bayi kita" Tidak ada kata yang bisa dia ucapkan lagi, Sam telah menjadi seorang ayah sekarang dan Ryu telah menjadi seorang ibu. Hidup mereka, selama bertahun-tahun, akhirnya, pelengkap keluarga telah datang. Persalinan berjalan lancar, Ryu dan bayinya sehat. Mereka dipindahkan ke ruang perawatan terbaik di rumah sakit itu. Sam dan Ryu adalah orang terkenal dari kota Y. Pengalaman mereka sebagai seorang anak adalah pelajaran bagi semua orang yang mengetahui kisahnya, Sam memiliki masa kecil yang mengerikan meskipun dia masih tinggal bersama orang tuanya. Dan Ryu, masa kecilnya bahagia, tapi hanya 12 tahun setelah itu... Dia hidup dengan keluarga angkatnya dan memiliki pengalaman buruk dan bahkan pelecehan. Dari pengalaman keduanya, Sam dan Ryu membuat janji yang tulus. Mereka bersumpah untuk memberikan cinta dan perlindungan kepada putri satu-satunya mereka. "Sam. Apa kau sudah menemukan nama untuk putrimu?" tanya ayah Sam yang terus memandangi cucunya. Sam terdiam, memperlihatkan putri kecilnya, bayi itu terlihat begitu cantik dengan bibir merah dan pipi memerah. "Dia akan menjadi seorang putri di kota ini, dia memiliki keberanian, keberanian dan ketangguhan. Aku akan menamainya ... Casandra"

Nimas_3462 · Action
Not enough ratings
13 Chs

Pulang terlambat

Casandra melangkah cepat menuju mobilnya, meninggalkan Sanya yang masih tertegun menatapnya dari depan pintu.

"Jalan Om!."

Casandra mengalihkan perhatian keluar jendela mobil, tapi kata-kata Sanya terus terngiang di telinganya. Dia sendiri tidak rela jika barang pemberian orang tercintanya hilang begitu saja. Lalu bagaimana dengan pria kue itu, dia juga pasti akan sedih dan kecewa.

"Putar arah. Antar aku ketempat dimana aku membuang topi tadi" ucap Casandra setelah lama hening.

"Nona, kita harus pulang"

"Aku bilang putar arah!" ucap Casandra dengan nada tinggi.

Doni merasa ada sesuatu yang tidak beres pada Casandra. Sebelumnya ia tidak pernah terlihat gusar dan emosi seperti ini ini, kecuali saat terkena masalah yang serius. "Baik Nona" jawab Doni menuruti perintah.

*****

Alamat pengiriman kue yang terakhir, hari ini Anan sudah menyelesaikan pekerjaannya. Ia memutuskan untuk tidak pulang ke kedai, Anan membelokkan sepeda motornya ke perbatasan kota menikmati pemandangan senja. Topi Casandra tergenggam erat ditangannya.

"Kenapa kak Sanya sangat membelamu. Tapi aku tidak peduli, kau sudah menghina kasih sayang ibuku" gumam Anan. Matanya menatap tajam pada topi Casandra.

Tidak lama Anan termenung disana. Ia bergegas pulang ke kedai karena harus membantu Sanya beres-beres.

"Anan. Kau sudah kembali" ucap Sanya tersenyum lembut.

"Maaf kak. Aku datang terlambat"

"Tidak apa-apa" Sanya melirik topi Casandra yang masih Anan pakai.

"Kenapa senyum-senyum?" tanya Anan tidak mengerti dengan sikap kakaknya.

"Apa topi itu ga kekecilan Anan? Haha. Oh iya, tadi Nona Sandra bilang, dia akan berusaha menemukan topimu"

"Semoga saja" ucap Anan enggan lebih memilih konsen beres-beres daripada mendengarkan tentang Casandra.

"Anan. Maafkan kakak karena sudah marah-marah sama kamu. Kakak cuma mau kamu bersikap pada orang yang telah menolong kita"

Anan berbalik menatap Sanya dingin. "Menolong?!. Gadis sombong itu bersikap kasar dan angkuh kau bilang menolong?" protesnya.

"Kau ingat dengan wanita hebat yang menolongku dari cengkeraman Igun? Dialah orangnya. Nona Sandra yang menolongku. Dia bodyguard wanita Tuan Sam, Anan!"

Anan terdiam, agak terkejut dengan ucapan Sanya. Kenapa wanita menyebalkan itu harus jadi pahlawan untuk kakaknya, kenapa sih bukan orang lain saja!

"Lain kali bersikaplah baik padanya. Kakak tau kau tersinggung, tapi setidaknya Nona Sandra akan berusaha menemukan topimu" Sanya membelai pipi Anan yang terdiam tidak bisa berbicara apa-apa.

*****

Mobil Doni sudah terhenti ketempat dimana Casandra membuang topi tadi, seketika beberapa mobil berwarna hitam juga terparkir melingkar untuk melindungi Casandra yang sedang turun ke jalan untuk mencari. Sedangkan jalan disana langsung macet, berhenti menunggu sampai penjaga dari Ranu Manunggal membuka kembali jalan itu.

"Hey kau! Bantu aku mencari topi jelek yang tergeletak disana, disana atau disana! Cepat!." perintah Casandra pada orang-orang keamanan itu.

Trotoar jalan, tengah jalan, bahkan tempat yang jaraknya jauh dari titik lokasi sudah disisir. Tapi mereka tetap tidak visa menemukan topinya.

Casandra mencengkram kepalanya, kesal, lelah. "Sial. Kenapa aku harus buang-buang waktu untuk ini!" umpatnya.

"Kita pulang"

"Baik Nona" Doni melajukan mobilnya, begitu juga dengan mobil yang lain, langsung beranjak dari tempatnya mengiringi di belakang mobil Doni.

Sudah berusaha mencari tapi tetap tidak ketemu, mau bagaimana lagi, entahlah, Casandra pasrah. Tapi dia juga harus tetap mendapatkan topinya, bagaimanapun caranya.

Perlahan kaki Casandra melangkah menuju pintu utama, seperti dugaan, ia pulang terlambat lagi. "Kemarin aku terlambat Om Aji dipecat, sekarang kalau aku terlambat, apa Om Doni juga bakal dipecat?" gumam Casandra dalam hati.

Ia termenung sejenak menggigit bibir bawahnya, "Tapi baguslah, pecat saja semuanya biar aku bisa bebas main" Gumamnya lagi.

Pintu telah terbuka perlahan, Casandra melongokkan kepalanya untuk melihat ruang utama, biasanya jika ia datang terlambat, Sam sudah duduk berpangku kaki dengan tatapannya yang dingin.

"Eh, apa Ayah belum pulang?" Casandra mencoba menerka.

"Selamat sore nona" sapa pelayan mbuka lebar pintu.

"Haduh kau ini, bikin kaget saja!"

"Maaf nona" ucapnya tertunduk.

"Eh sini, sini. Apa Ayah sudah pulang?" tanya Casandra sedikit berbisik.

"Su... " baru saja Tira akan menjawab, Sam keluar dari ruangannya.

"Pulang terlambat lagi sayang" ucap Sam dengan senyum yang tidak dimengerti oleh Casandra.

"Ada apa ini? Kenapa perasaanku malah ga enak kalau ayah tersenyum saat aku melakukan kesalahan" Gumam Casandra dalam hati.

"Dimana Doni?" tanya Sam mendekat ke arah Casandra.

"Ayah, ini salahku. Tolong jangan pecat Om Doni." padahal tadi dia senang kalau Doni dipecat juga, tapi ternyata Casandra tetap tidak tega.

"Kata siapa Ayah mau pecat Doni? Justru ayah mau berterimakasih padanya" ucap Sam tersenyum, ia berlalu menyusul Doni yang sedang memarkirkan mobilnya.

"Ada apa dengan ayah. Mencurigakan" Casandra menatap punggung Sam sejenak, setelah itu iya bergegas menuju kamarnya.

*****

"Sayang. Kenapa kau terlihat bahagia sekali?" ucap Riyu yang baru saja keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

Sam beranjak dari tempat tidurnya, ia berjalan kebelakang tubuh Riyu lalu memeluknya. "Aku sudah mendapatkan orang yang tepat untuk menjadikannya bodyguard putri kita" ucap Sam lembut mengecup pundak Riyu.

"Oh ya? Haha, jangan sampai dia kau pecat lagi gara-gara dibikin pusing oleh Casandra"

"Untuk kali ini aku rasa tidak, dia memiliki pendirian yang kuat." ucap Sam belalih mengecupi leher Riyu yang jenjang. "Tapi untuk mendapatkannya aku harus agak sedikit kasar. Dengan begitu dia pasti akan menyanggupi untuk bekerja sama dengan kita"

"Kalau boleh tau, siapa? Apa dia dari teratai hitam?"

Sam menarik tali yang mengikat pinggang Riyu, seketika ia menariknya hingga tak ada satupun yang menghalangi aktifitasnya di tubuh Riyu yang polos.

"Bukan. Dia pria biasa, aku memang sudah menunggunya dan ternyata memang tidak mengecewakan."

"Beri tahu aku siapa dia" ucap Riyu sesekali menggelinjang menahan geli di bagian sensitifnya.

"Kau akan tau" bisik Sam diiringi dengan tiupan lembut yang menerpa telinga Riyu, obrolan santai di kamar itu berubah menjadi dengusan nafas yang saling bersenggama satu sama lain.

*****

Kampus

Sudah beberapa hari ini suasana di kampus terasa murung dan sepi, Nanda dan Sara tidak terlalu berani mengajak bercanda Casandra karena dia menjadi pemarah dan pendiam. Mereka masih bersama-sama mengerjakan tugas, ke kantin, dan ke taman kampus, tapi rasanya hambar kalau yang satu itu masih saja murung karena belum bisa mendapatkan topinya.

"Casandra. Ayolah, jangan murung terus" ucap Nanda mengelus punggung Casandra lembut.

"Iya nih, aku kan jadi takut kalau kamu cemberut terus!" Sahut Sara.

Sejenak Casandra membuang nafas panjang. "Aku bingung, itu cowok maunya gimana sih. Diganti dengan topi baru ga mau, sedangkan aku udah cari topinya di jalan sudah ngga ada. Kan kesel!"

"Iya juga sih, serba salah jadinya. Ngadu ke Om Sam pun percuma, yang ada nanti dia malah melakukan hal yang... Hiii." Sara bergidik sendiri dengan gambaran di benaknya.