1 Episode 0: Dunia adalah Bentuk Keabstrakan itu Sendiri

"Di dalam sebuah kotak kecil yang hampa..."

Suara kehampaan, mengelilingi sekitar kami berdua.

"Ku berharap..."

"Maafkan aku, Zero, sang Roh Kehampaan, sahabatku yang berharga, aku harus melakukan ini..."

Dia berjalan meninggalkanku dari tempat ini. Sungguh dia memikul hal yang berat, tersesat, tapi aku menghargai jati dirinya, jadi aku membiarkannya dengan berat hati.

"Adakah harapan bagi kehidupan ini...?"

"Suatu saat nanti, jika kita bertemu lagi, tolong taklukan aku, mungkin kamu tidak akan mengenal diriku lagi saat kita bertemu. Sungguh, adakah obat dari kutukan ini?"

Dia tersenyum, hanya kepadaku, senyuman yang tulus, tapi dia harus menyembunyikan senyuman itu kepada Makhluk lainnya dengan wajah layaknya raja pendosa, sang raja fitnah, suatu saat nanti. Itu bukan keinginannya, dia dikutuk untuk melakukannya.

"Tolong, tuhan yang maha satu, inilah tempat kami dilahirkan, aku tahu ada surga yang engkau janjikan kepada kami, tapi setidaknya biarkan keturunan kami merasakan indahnya dunia ini..."

Kotak kecil yang melayang di dalam kedua telapakku, ku isi dengan harapan untuk kehidupan di masa yang akan datang, bahkan belum tentu makhluk sempurna yang dinamakan Manusia akan menjadi pembawa kehancuran alam semesta ini.

Ralaman yang dikatakan oleh makhluk yang memberi kutukan ke dalam tubuh Iblis, melahap jiwa dan segala kebaikan dari dirinya, menjadikan dia tidak terkendali, seperti waktu itu.

Sekali lagi, aku melihat Iblis, mungkin untuk terakhir kalinya sebagai teman..... aku mengucapkan ucapan selamat tinggal.

"Iblis..... hati-hati, yah..."

Dia terdiam sejenak, dan menanggapi perkataanku yang seharusnya bertolak belakang.

"Kau mendo'akanku hati-hati? tapi bukankah aku seharusnya tidak pernah ada di dunia ini? kita akan menjadi musuh... Roh Kehampaan."

"Yah, aku tahu.... tapi kau tetap temanku, selamanya... tapi tidak semuanya salahmu... itu karena kutukannya..."

"Itu sudah terlanjur, lagi pula... aku sudah menaklukan makhluk itu. Tapi kutukannya akan menjadikanku seperti makhluk itu, maka dari itu, biarkan aku tertidur untuk waktu yang lama... di dalam sebuah gua di Bumi ini."

"Iblis... maupun Azazel... aku yakin, kamu akan menjadi dirimu lagi suatu saat nanti."

"Ha... aku selama ini akan menjadi Iblis, sampai kapan pun itu. Ingat..... jika aku benar-benar mati, tolong jangan biarkan aku dikirim ke neraka, tapi tariklah aku dengan tanganmu, kurunglah aku di dunia kehampaan, tempat yang lebih buruk dari neraka, tempat yang lebih rumit dari keabstrakan dunia ini, bukan?"

"I-iyah..."

Aku hanya bisa tertunduk, kenapa hal ini harus terjadi? Iblis..... atau pun Azazel, memang benar, tidak ada makhluk sempurna yang di mana dia juga diakui sebagai makhluk paling sempurna sebelum Manusia, guru bagi seluruh para Malaikat, makhluk terpintar.

Tapi sekarang, dia harus menanggung kutukan yang bahkan aku sebagai makhluk dengan kekuatan luar biasa tidak bisa mengobatinya atau mencari obatnya, dia mungkin tidak akan pernah tersenyum lagi.

Dia pun pergi... meninggalkanku, tak pernah kunjung datang kembali, selama berjuta-juta tahun.

Yah... waktu yang cukup lama. Dunia ini, alam semesta ini, terus hidup dengan cerita yang dibuat oleh para makhluk hidup.

Jaman ke jaman, generasi ke generasi, semuanya semakin berubah, dan berubah, banyak yang terjadi di alam semesta ini.

Aku, maupun Azazel, tidak pernah ikut campur dalam urusan makhluk hidup di alam semesta ini.

Aku hanya mengawasi dunia ini, sedangkan Azazel tertidur di dalam gua, kutukannya melahap dirinya hingga suatu saat dia akan terbangun menjadi orang yang berbeda.

Itulah, awal dari kelahiran alam semesta ini. Cerita ini, adalah kenyataan, di mana Bumi yang sekarang bisa seperti ini. Bagaimana makhluk mitos, legenda, atau apa pun itu bisa ada, karena memang mereka ada, tapi mereka pergi dari Bumi, ada pun sebagian dari mereka yang bersembunyi di Bumi dengan menggunakan kekuatan energi yang tersisa dari Bumi, itu lah mengapa para Manusia sangat kesulitan untuk melihat kami, hanya sedikit para Manusia yang melihat kami, para makhluk Kuno, Ancients.

Kami terus hidup bersama mereka, tanpa mereka sadari, hingga saatnya tiba, di mana Bumi menemui hari kehancurannya...

Dan itu adalah salah satu fase awal dari kehidupan baru. Dan waktu itu..... aku bertemu dengan teman lamaku kembali. Tapi, itu tak berlangsung lama, bahkan itu berakhir dengan hal yang sangat pahit, sebuah perpisahan, untuk selamanya, mungkin?

Tak lama dari itu.....

"Huh...? anak itu..."

Aku melihat seorang anak laki-laki yang berharap, di akhir dunia ini, dia tetap tersenyum, mengingatkanku kepada kata-kataku berjuta-juta tahun lalu.

"Di dalam sebuah kotak kecil yang hampa, ku berharap, adakah harapan bagi kehidupan ini? tolong, tuhan yang maha satu, inilah tempat kami dilahirkan, aku tahu ada surga yang engkau janjikan kepada kami, tapi setidaknya biarkan keturunan kami merasakan indahnya dunia ini."

Kita semua selalu berharap suatu saat ada sebuah kehidupan di mana semuanya saling memahami satu sama lain, walaupun kita berbeda juga dari beragam-ragam jenis kehidupan yang telah kita lalui.

-inilah, harapan kita bersama sebagai beragam makhluk yang tidak pernah sempurna.

Episode 0

"Dunia adalah Bentuk Keabstrakan itu Sendiri"

avataravatar
Next chapter