1 Chapter 01 - It's too evil?

Kisah ini di mulai sebelum aku jatuh cinta kepada target yang seharusnya aku bunuh, julukan 'call girl' itu diberikan oleh Ayahku, Ya aku adalah seorang pembunuh bayaran yang memang dilahirkan untuk menjadi seorang pembunuh, seorang wanita yang mempunyai paras yang cantik dengan wajah yang lugunya, orang lain mungkin akan menilai jika dia adalah seorang gadis baik-baik ataupun seorang gadis yang pemalu.

Dengan mempunyai kesempurnaan wajah yang bagaikan malaikat itu mampu menutupi sifat yang bagaikan iblis, dia adalah park shin Yerin, seorang anak yang di angkat oleh Tuan Park Shin, dia adalah ketua geng mafia yang sangat terkenal dalam dunia kegelapan di negara Korea selatan.

bukankah di suatu negara tidak akan mungkin lepas dengan seorang mafia? Atau seorang pembunuh? Hanya saja mungkin ke dengarnya sangat aneh jika di negara dengan penghasil idol-idol yang sangat populer diseluruh dunia, didalam negaranya masih terdapat geng mafia dengan tingkatan yang berbeda-beda.

Yerin memang bukanlah anak dari Tuan Shin, Yerin hanyalah anak jalanan yang ditinggalkan kedua orang tuanya di pinggiran jalanan kota Seoul saat usia baru menginjak empat tahun, saat itu Tuan Park tak sengaja melihatnya dan memutuskan untuk menjadikan Yerin sebagai anaknya, padahal Tuan Shin sudah mempunyai dua anak laki-laki.

Saat Yerin berusia enam tahun, Ayahnya mulai memperkenalkan dunianya pada Yerin, dunia dimana Yerin diajarkan untuk memegang senjata bukan memegang boneka ataupun mainan anak perempuan pada umumnya, hingga menginjak usia sembilan tahun, Ayahnya mulai memberi Yerin pelatihan untuk ilmu bela diri dan juga Ayahnya tak lupa untuk memberikan Yerin pendidikan sekolah.

Yerin yang saat itu masih tidak mengerti dengan semua itu hanya bisa mengikuti semua perintah sang Ayah, Yerin tidak pernah mengeluh ataupun bertanya apa tujuan sang ayah mengajarkan semua ini pada Yerin, bagaimanapun juga jika Tuan Park tidak mengangkatnya sebagai anak asuhnya mungkin nasib Yerin masih akan seperti dahulu.

Tak ada rasa takut sedikitpun saat mata Yerin melihat banyak benda tajam atau pun pistol yang bertebaran di dalam ruangan khusus milik sang ayah, di usia Yerin yang ke tujuh belas tahun ayahnya sudah mulai mengajarkan Yerin tentang menggunakan senjata, mulai dari pisau lipat, suntikan, dan pistol, itu adalah senjata yang mudah untuk disimpan dan dibawa kemanapun.

Di saat ulang tahun yang ketujuh belas Yerin mendapatkan hadiah dari ayahnya yaitu sebuah misi untuk membunuh saudara laki-laki yang tak berguna menurutnya sang Ayah, saat itu Yerin sangat bingung untuk menggunakan cara apa untuk membunuh sang kakak yang memang tidak berguna, kakak keduanya lumpuh dan hanya bisa berbaring di kamar, Yerin sebenarnya tidak menyangka misi pertamanya adalah membunuh saudaranya walaupun bukan saudara kandung.

"putriku sangat hebat, untuk misi pertamamu, kamu menjalankannya dengan sangat baik tanpa ada kesalahan sedikitpun, tidak sia-sia aku mengambilmu di jalanan 13 tahun yang lalu" ucap sang Ayah, dengan sebatang rokok yang di tangannya dia memuji sang putri yang terduduk di lantai sambil menundukkan pandangannya.

Yerin masih mencoba mengendalikan tubuhnya yang bergetar hebat saat dia mencoba membunuh sang kakak dengan suntikkan mematikan yang sudah pernah sang ayah ajarkan padanya, dalam diri Yerin dia merasa bersalah.

"ayah aku ingin kembali ke kamarku, besok aku akan mengikuti ujian kelulusan untuk kuliahku diluar negeri" ucap Yerin, dengan hormat dia menundukan kepalanya kepada sang ayah sebelum melangkah mundur kembali kamarnya.

Sesampainya di kamar Yerin hanya bisa terdiam, dengan lemas dia menjatuhkan tubuhnya ke lantai dan memeluk lututnya, lalu menenggelamkan wajahnya di persilangan lengannya.

"Tuhan, sejak kecil hingga sekarang kamu selalu mengabulkan doaku, untuk kali ini tolong lepaskan aku dari penjara yang menguruskan selama 13 tahun ini, aku tidak ingin menjadi seorang pembunuh walau ayahku seorang pembunuh" ucap Yerin, dia melipat kedua tangannya dan berdoa kepada Tuhan yang selalu dia percayai.

Setelah itu Yerin kembali ke meja belajarnya, dia harus mendapatkan nilai yang bagus untuk mendaftarkan dirinya di universitas di luar negeri, tujuannya agar selama empat tahun dia bisa membebaskan dirinya dari sang ayah.

Yerin adalah anak yang cerdas, di saat usia yang baru menginjak sepuluh tahun dia sudah fasih dalam berbahasa inggris, dan saat usianya lima belas tahun dia sudah bisa menguasai tiga bahasa yaitu inggris, jepang dan mandarin.

Yerin merasa sangat bersyukur dirinya masih dikasih kecerdasaan dan juga tempat untuk berteduh walaupun tempat itu bukankah tempat yang baik untuk dirinya, Yerin juga merasa beruntung jika dia bisa memiliki sikap yang peka terhadap apa yang menurutnya tidak dan baik untuknya, jika tidak memiliki sikap itu mungkin Yerin sudah membunuh banyak nyawa ditangannya.

Lembaran demi lembaran buku mulai dia baca satu persatu, hari sudah menunjukan pukul 12 malam tidak mematahkan semangat Yerin untuk terus memahami materi yang ada didalam buku tebal itu.

Tidak lama kemudian suara keributan yang berasal dari luar kamar Yerin membuat rasa penasarannya memuncak, dia segera meninggalkan ruangannya dan berjalan membuka pintu kamar, dengan hati-hati Yerin melihat apa yang sedang terjadi di luar kamarnya.

Itu bukan suatu keributan yang biasa terjadi di rumah ini, betapa terkejutnya Yerin melihat apa yang terjadi di lantai bawah, semua anak bawahan ayahnya sudah tergeletak dilantai dengan banyak darah yang berceceran disana, Yerin menahan dirinya untuk tidak berteriak saat melihat salah satu pengawal sang ayah ditembak dengan pistol di hadapan sang ayah.

Yerin melangkah mundur untuk mencoba melarikan dirinya, namun satu tangan besar menarik tangan Yerin hingga membuat dia menatap kearah pria yang ada di hadapannya, pria dengan jas berwarna silver dan mata yang berwarna hitam pekat itu menghancurkan semua pertahanan diri Yerin dalam sekejap mata, pria itu sudah melumpuhkan tubuhnya hingga tidak mampu untuk bergerak melawannya.

"apa yang kamu lakukan Tuan" ucap Yerin, dia mendadak kaku saat tubuhnya sudah diseret oleh pria itu untuk turun dari tangga, menuju ruang tamu yang terdapat banyak sekali darah yang mengubah lantai keramik menjadi berwarna merah darah.

"Tuan Jeon semua anak buahnya sudah selesai diatasi" ucap salah satu pria yang memakai penutup wajah, dia berjalan mendekati pria yang masih memegang kendali untuk tubuh Yerin.

Kini tubuh Yerin sudah berada di hadapan ayahnya yang diikat di kursi tempat biasa pria tua itu mendengarkan banyak laporan dari bawahan.

"Ayah, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Yerin, dia menatap bingung dengan apa yang terjadi pada kondisi rumahnya yang sekarang.

"kita bertemu lagi Tuan Shin" ucap pria berjas silver itu.

"tolong biarkan putriku untuk pergi dari sini, dia tidak punya sangkut pautnya dengan masa lalu kita" ucap Tuan Shin, dia sudah sangat putus atas dengan apa yang terjadi.

"sepertinya gadismu memiliki kemampuan yang dibutuhkanku"

"tidak! Dia hanya gadis lugu yang tidak mengerti apapun, bukankah dendam mu hanya padaku? Jangan libatkan dia aku mohon" ucap Tuan Shin lagi.

"benarkah itu Tuan Shin? Apakah kau lupa dengan ibuku?"

"Ayah, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Yerin, begitu banyak pertanyaan yang melintas di otaknya sangat mencoba mencerna semua ucapan yang keluar dari mulut pria itu dan ayahnya.

"kau banyak bicara"

Pria berjas silver itu mengangkat pistol di tangannya mengarahkan ke arah ayah Yerin, dan detik itu juga sebuah tembakan mengenai tetap di jantung sang ayah.

"Ayah!!"

Yerin menjatuhkan tubuhnya di lantai, betapa sedih kehidupannya menyaksikan ayah angkatnya di bunuh di depan hadapannya, air matanya terus mengalir hingga membasahi lantai, dia menatap pria berjas silver penuh dengan kebencian dan bersumpah jika Yerin yang akan membunuh pria itu dengan tangannya sendiri.

"kamu cukup cantik ketika marah" ucap pria berjas silver, dia menarik dagu Yerin dengan tangan yang dia gunakan untuk menembak sang ayah.

"brengsek!"

"kalian bisa meninggalkan rumah ini, untuk gadis ini biar aku yang urus"

"kamu ingin ikut denganku?" tanya pria berjas silver

"tidak! Sampai kapanpun aku tidak sudi ikut denganmu"

Diluar dugaan pria itu malah mengangkat tubuh Yerin bagaikan karung beras, dia membawa Yerin keluar dari rumahnya, meninggalkan semua orang yang sudah mati didalam.

"tidak! Lepaskan aku!! Brengsek!"

Yerin dibawa pergi meninggalkan rumahnya dan semua orang yang mati disana.

avataravatar
Next chapter