1 Intro;

Remaja satu ini baru saja menginjakkan umurnya ke yang 17 tahun. Disebut sebagai seorang yang periang dan penuh tawa serta dianggap membawa keceriaan bagi siapapun disekitarnya. Panggil saja Jeongin, dengan marga 'Yang' berada di depan namanya yang menjadi nilai plus tersendiri. Terkadang menjadi anak SMA tingkat dua tidaklah mudah baginya. Sering dianggap remeh oleh orang sekitar karena wajah dan pribadinya yang terkesan lugu nan polos.

Selaku anak tunggal membuat Jeongin tidak kekurangan kasih sayang sama sekali, ya walaupun hanya hidup berdua dengan ayahnya saja. Lalu ibunya? Sudah meninggal disaat usianya baru berumur 5 tahun.

Hari itu dimana Jeongin sedang berjalan bersama ibunya selepas pulang dari taman kanak-kanak. Berdiri menunggu lampu lalu lintas berubah warna menjadi merah sambil bercanda gurau seraya menggenggam erat tangan buah hatinya.

Tapi tidak disangka itulah pertemuan akhir antara ibu dan anak itu. Mobil melaju kencang membuat sang ibu dengan reflek mendorong tubuh anaknya. Dalam sekejap ia terpelanting cukup jauh oleh kerasnya mobil yang menghantam tubuhnya. Kemudian Jeongin kecil berlari kepada ibunya, menangis sambil memeluk jasad bundanya hingga baju yang dikenakannya penuh oleh darah.

Semenjak itu Jeongin kecil yang periang mendadak menjadi pendiam. Kesehariannya sempat dipenuhi oleh menangisi kepergian ibunya. Sampai ia terkena demam tinggi dan tak sadarkan selama tiga hari, lalu bangun dalam keadaan hilang ingatan. Dirinya tidak ingat bagaimana ibunya bisa meninggal, itu terdengar cukup bagus untuk kesehatan mentalnya.

Tetapi sebagai ganjarannya, Jeongin harus takut akan cairan kental berwarna merah yang mengalir pada setiap tubuh makhluk hidup.

avataravatar