webnovel

Bagian 1

Happy Reading!🎬

* * * *

Choi Mi Ahn POV

Bahagia.

Pernahkah kalian merasakannya dalam hidupmu?

Bahagia yang tak akan kalian lupakan seumur hidup. Seperti mendapat hadiah ulang tahun, hari pernikahan, menantikan kelahiran anak atau mendapat uang jutaan dollar?

Kurasa kalian memilikinya.

Sama sepertiku yang kini tengah merasakannya. Bahkan aku tak tahu cara menyampaikan rasa itu dengan kata-kata.

Terlalu sulit.

Mungkin aku terlalu berlebihan, namun aku akan berkata serius ―saat ini mungkin hanya hatiku yang dapat menjerit mengungkapkan perasaan itu.

Mataku tak henti-hentinya menangkap setiap gerak-gerik yang di lakukan seorang pria berpostur sempurna, seolah mataku tengah merekamnya untuk di jadikan kenangan di kemudian hari. Pria itu tengah duduk di belakang meja dengan senyuman yang terus di lontarkan ketika para fans bergeser untuk di berikan fan service olehnya.

Jeon Jungkook.

Nama yang berhasil menjungkir balikkan hidupku selama tiga tahun belakangan ini.

Kalian tentu mengenalnya bukan?

Member termuda sekaligus berbakat dalam timnya yang bernama BTS. Dia mendapat julukan Golden Maknae karena multitalentanya dalam segala hal. Rap, Dance, Menyanyi, bahkan dalam kerajinannya untuk berolahraga, dia mendapat peringkat nomor satu di kelompoknya. Sangat terlihat hasilnya dari tubuhnya yang begitu atletis. Membuat gadis manapun menjerit hanya karena melihatnya tengah melakukan live di atas panggung.

Jungkook mengambil mic-nya ketika lagu Lost di putar, menyanyi bersama Taehyung dan langsung membuat aula ini menjadi riuh seketika karena sorakan dari ARMY.

Tidak denganku.

Sedari tadi aku hanya diam memperhatikan.

Serius, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku terlalu senang dengan ini semua. Setelah tiga tahun lamanya aku menabung akhirnya aku berhasil mengikuti fansign BTS. Aku hanya tidak menyangka.

"OPPAAA....!!!" Teriak salah satu fan pada Jungkook. Dua detik, perhatianku terlepas dari Jungkook, melihat siapa yang begitu lantang dan berani berteriak seperti itu.

Apa dia tak merasa canggung?

Bukankah ketika selama ini kau hanya melihat sosok di dalam layar, lalu akhirnya kalian bertemu secara langsung itu akan membuat keadaan menjadi tidak nyaman? Maksudku, semuanya tentu akan jadi berbeda.

Tapi setelah melihat fan tadi, mungkin semua opini itu hanya berlaku padaku.

Jujur saja, aku memang gadis yang kaku.

Memiliki teman pun hanya beberapa saja.

Bahkan saat aku pergi kesini, aku di antar oleh eomma-ku.

Bukan aku yang minta! eomma memang terlalu overprotektif padaku.

"JUNGKOOK OPPA."

Jungkook mendengus, "Aku bukan oppa-mu!"

"OPPA!!!"

"JUNGKOOK OPPA...!!!"

"Kenapa kalian terus memanggilku dengan sebutan 'Oppa'? aku bahkan tidak tahu kalau kalian lebih tua dariku." Jungkook memiringkan kepalanya sebal, sedetik kemudian bibirnya memberikan senyuman geram, memperlihatkan gigi kelincinya yang manis.

Akhirnya aku bisa kompak dengan ARMY lain- tertawa mendengar kalimat Jungkook yang menurutku, ah tidak, mungkin semua orang di sini menganggap tadi itu menggemaskan.

"OPPAA...!!!"

Teriak fan lagi.

"Ya! Berhenti memanggilku dengan kata itu." Katanya serius, Namjoon ikut tertawa melihatnya.

"JUNGKOOKIE OPPA."

Lagi, lagi.

Kurasa mereka mulai menyebalkan.

Pandanganku kembali pada sosok itu yang mendengus sabar. Nah, kan? Sepertinya dia pun merasakannya. Tapi tidak terlalu mencolok.

Jungkook menjatuhkan kepalanya pada meja sebentar, menatap Jimin yang berada di sampingnya tengah tertawa.

Jungkook kembali mengambil mic-nya, "Mulai sekarang kalian harus membawa kartu pelajar ataupun tanda pengenal ketika kemari. Aku harus mengecek langsung siapa yang pantas memanggilku dengan kata oppa. Arraseo?"

Kalimatnya mengundang tawa seluruh ARMY di sini, begitu juga dengan beberapa member.

Tidak lama kemudian Jin menyahut.

"Betul, tunjukkan usia kalian!" Sang Daddy Joke berkata sewot. "Selain itu, setiap orang yang lebih muda dariku, jangan memanggilku 'Seokjinie'."

Jimin berebut mic milik Jungkook. "Hyung, seorang siswi SMP pun juga pernah melakukan hal yang sama padaku."

Aku terenyuh mendengar suara Jimin yang selalu terdengar lembut, sangat berbanding terbalik dengan suara member yang lain.

Tapi, tetap saja. Jungkook yang masih berhasil menempati hatiku.

Kemudian, aku melihat Jungkook yang tidak sabaran kembali merebut mic-nya. Seperti seorang anak kecil yang menginginkan permen.

"Walau bagaimanapun, kalian harus tetap membawa kartu identitas." Jungkook kembali berkata, sambil matanya mengedar di seluruh ruangan.

Dan netranya menangkapku.

Tunggu....

Dia menatapku..

APA???!!!

Benar, aku tidak sedang berhalu atau pun berimagine seperti biasanya.

JUNGKOOK MELAKUKAN EYE CONTACT DENGANKU !!

Astaga.

Eye contact sebenarnya sudah tak mengejutkan lagi untukku, hanya saja tadi matanya benar-benar berhenti beberapa lama demi memandangiku.

Aku tidak histeris.

Aku hanya melampiaskan teriakkanku dengan menggigit bibirku keras. Terlalu kaget untuk berteriak.

Ah, maafkan aku yang terlalu aneh menghadapi hal seperti ini.

Bahkan aku tidak peduli dengan ARMY di sampingku yang tengah membicarakanku karena sekarang aku terlihat seperti orang idiot. Bahu yang naik karena aku menahan napas.

Setelah beberapa lama akhirnya acara ini masuk ke sesi permainan bersama Bangtan.

Semua member bangkit dan berdiri di depan meja. Sedikit berbincang-bincang dan Daddy Joke memberikan beberapa lawakan yang garing, namun akhirnya semuanya dapat menikmati.

Aku melihat Jungkook yang kurang semangat dari sebelumnya. Dia terlihat berbisik pada Taehyung dan itu langsung mengundang gairah Vkook Shipper untuk berteriak, padahal mereka berdua terlihat serius.

Tiba-tiba aku jadi penasaran.

Awalnya, aku tidak terlalu memperdulikan mata Taehyung yang bergerak seperti mencari sesuatu. Tapi yang membuatku kembali menarik napas, matanya berhenti padaku!

Dan yang ini lebih lama dari Jungkook.

Astaga sebenarnya ada apa?

Hari ini Tuhan sudah terlalu baik padaku sampai-sampai aku hampir kewalahan menerimanya.

Kurasa penampilanku baik-baik saja, tapi kenapa seolah aku di permalukan oleh mereka hanya karena sebuah tatapan?

Tiba-tiba aku butuh untuk pergi ke toilet.

* * *

Setelah cukup lama, aku keluar dari toilet, wajahku sudah di banjiri peluh. Karena terlalu menikmati memandangi tubuh tegap bergigi kelinci itu, betapa bodohnya sampai tak menyadari bahwa handphone-ku tidak ada di tas.

Aku tidak ingat dimana aku menaruhnya.

Aku menggigit kuku-ku keras sembari moncoba untuk mengingat. Tidak peduli dengan kuku yang akan rusak nantinya. Pikiranku saat ini hanya tertuju pada handphone. Itu penting. Bagaimana jika eomma-ku menelepon dan khawatir karena aku tak kunjung mengangkatnya?

Bahkan sekarang acara fansign tidak terlalu menarik perhatianku. Tentu saja. Bagaimana jika kalian berada di posisiku? Rasanya pasti ingin menangis.

Aku memutuskan untuk kembali ke aula, siapa tahu aku meninggalkannya di sana.

Namun ketika aku kembali, ruangan ini sudah SEPI!!

Hanya beberapa petugas kebersihan yang sedang merapikan bangku-bangku. Aku menggenggam tasku erat. Khawatir semakin menjadi.

Apa aku pergi selama itu?

Aku melangkah mendekat pada salah satu petugas. "Chogi..."

Orang itu menghentikan kegiatannya. "Ada apa, nona?"

"Maaf mengganggu, apa ahjussi melihat handphone berwarna putih di sekitar sini?" Kataku sambil terus memanjatkan doa dalam hati semoga saja jawabannya dapat membantu.

Tapi pria paruh baya itu menggeleng. "Apa itu milik nona?"

Aku melemaskan bahu dan menggeleng lemas. Pasrah.

"Ya sudah, kamsahamida." Aku membungkuk sekilas lalu berbalik dan melangkah gontai tanpa melihat kedepan.

Terlalu malas.

Aku mengutuk dalam hati, sekarang, mau tak mau aku harus pulang dengan jalan kaki.

Kenapa tidak naik bus?

Akan kulakukan kalau saja dompetku tidak tertinggal di rumah.

Aku benar-benar menyedihkan sekarang.

Mataku mengerjap ketika ada sepasang sepatu hitam dengan model yang sangat kuhafal pemiliknya siapa.

Perlahan aku mendongak dan melihat disana...

Disana...

JUNGKOOK!!!

Aku tidak salah lihat.

Sosok itu benar-benar berdiri di depanku dengan senyum manis mengembang di bibirnya.

Jika kalian bertanya bagaimana aku, tentu saja aku terkejut luar biasa.

Apa yang di lakukannya disini?

Aku tidak ingin percaya diri dulu kalau dia datang karena memang sengaja ingin menemuiku.

"Opp... eh Jungkook~ssi." Aku menatapnya dengan mulut yang setengah terbuka.

Bagus. Sekarang aku benar-benar jadi idiot.

Dan keidiotanku di saksikan langsung oleh bias-ku.

"­Annyeong~" Sapanya dengan tangan yang melambai padaku.

Tanganku refleks ikut membalas dan masih seperti orang idiot sepertinya.

"Maaf jika mengejutkanmu. Tadi aku melihatmu di barisan fans yang lain, sepertinya nona pun menyadarinya karena nona terlihat gugup sekali." Jungkook berkata malu sambil menyentuh hidungnya dengan ibu jari.

Aku ingin berteriak sekarang,

JUNGKOOK-AH KENAPA KAU TERLIHAT IMUT SEKALI ??!!

Detik itu juga kadar cintaku padanya bertambah seratus di kali seribu.

"Em maaf jika ini membuatmu tidak nyaman, tapi ketika melihat nona, sepertinya aku harus bertemu dengan nona lagi lain waktu. Aku bahkan sudah membicarakan ini pada Tae-hyung. Bisakah aku memiliki kontakmu? Ayo kita mengobrol."

Jantungku bekerja lima kali cepat dari biasanya, wajahku memanas, tubuhku juga sepertinya bergetar.

Aku ingin menangis.

Bukan menangis bahagia, melainkan sebaliknya.

Di saat seperti ini benda yang di inginkan Jungkook malah tak ada. Aku yang ceroboh ini kenapa terus mendapat kesenangan di iringi dengan penderitaan, Ya Tuhan?

Jungkook menjadi canggung. Apa dia terkejut melihatku yang sekarang memasang ekspresi seperti monster? Aku berdeham pelan, buru-buru berdiri tegap dan berusaha senormal mungkin.

Tak ada lagi idiot.

"Apa nona tak apa?"

"Ah y-yaa. Aku hanya sedikit terguncang ketika Jungkook~ssi tiba-tiba mendatangiku."

Jungkook menutup kekehannya dengan punggung tangan.

Apa aku melakukan kesalahan lagi di depannya? Sial, aku benar-benar tidak bisa mengontrol diri.

"Sampai terguncang, ya?" Jungkook bergerak berusaha membuat suasana menjadi nyaman. Kedua tangannya berada di belakang dengan sopan.

"Eh m-maksudku..."

"Gwenchanna algeseumnida." (tidak apa aku mengerti)

Tiba-tiba suara bariton dari arah belakangnya menginterupsi kami.

Napasku tercekat, lagi.

Melihat Taehyung berlari dengan rambut yang bergerak-gerak menambah kadar ketampanannya. Menghampiri kami yang langsung di sambut oleh Jungkook.

Taehyung langsung merangkul Jungkook dengan akrab.

Hatiku bergetar.

Melihat Vkook moment dengan jarak sedekat ini membuatku berbangga diri.

"Cepat selesaikan, member lain menunggu untuk makan siang." Seakan sadar dengan kehadiranku, dia membungkuk sekilas padaku.

"Annyeong." Tangannya terulur untuk memberi salam. Aku tak dapat menolak.

AIGOO TANGANNYA LEMBUT SEKALI.

Aku langsung merasa gagal menjadi seorang perempuan.

Aku memang tidak sempat bersalaman dengan para member saat acara tadi, karena sikap sialanku ini membuat semuanya jadi berjalan terlalu cepat.

Jungkook bergerak risih untuk melepaskan rangkulan hyung-nya. Lalu melemparkan tatapan sinis.

Neomu Kyeoptaaa~

"Kenapa hyung mengikutiku? Aku sudah mengatakannya ini tak akan lama."

Taehyung melepaskan rangkulannya. "Ya! Kau berani mengusir hyung-mu, eh?"

"Biar saja, jika member lain marah karena ini. Kau yang akan kusalahkan." Jungkook berucap datar.

Aku menonton dengan serius. Karena tak ada kamera, ini harus ku ingat baik-baik dalam memori otakku.

Taehyung menatap Jungkook sebal, lalu berpamitan padaku. Membuat keadaan kembali canggung.

"Jadi bagaimana, nona? Bisakah aku meminta nomor atau id nona?" Sebelum aku mengatakan permasalahanku, dia sudah mengeluarkan handphone dari saku celananya.

Ah bagaimana? Aku jadi tak enak hati jika menolak.

Bodoh memang, kenapa aku tak pernah berniat untuk menghafal sederet nomor sialan yang sekarang hal sepele seperti itu menjadi sangat di butuhkan.

"Joesong hamnida...." (saya minta maaf)

Jungkook bergerak mundur tidak nyaman. "Ah sepertinya aku terlihat aneh, ya?" dia mengusap tengkuknya.

ANEH DARI SISI MANA? KATAKAN PADAKU JUNGKOOK-AH! JUSTRU INI HARAPAN SEMUA FANGIRL SELURUH DUNIA.

"TIDAK!" Aku refleks berteriak. Dia terkejut.

Astaga. Ya ampun ya ampun. Jaga sikapmu Choi Mi Ahn!

"Em.. tidak maksudku, kau sama sekali tidak aneh. Hanya saja..."

Jungkook menunggu kalimatku.

"Aku baru saja menghilangkan handphone-ku." Aku menunduk sedih, kembali teringat dengan eomma.

"Oh apa kejadiannya disini?" kalimatnya terdengar ikut terkejut. Ah sayang sekali aku tak dapat melihat rautnya.

Aku hanya mengangguk. Mungkin sekarang kesempatanku untuk memiliki kontak langsung dengan bias-ku sendiri akan musnah.

Aku mengutuk sikap cerobohku yang tak mau hilang sejak dulu.

"Gwenchanna..."

Hampir saja aku hilang kendali lagi ketika tangan itu menyentuh salah satu pundakku.

Aku mendongak dan langsung di sajikan senyuman favoritku, senyum dengan gigi kelinci yang dia perlihatkan.

Mataku mengikuti gerak tangannya yang meraih sesuatu dari sakunya. Dan mengeluarkan selembar kertas, seperti sebuah tiket.

Oh itu hanya tiket VIP Wings Tour.

Dia menyodorkannya padaku. Aku refleks menerima.

"Aku akan melihat nona lagi disana. Ketika konser berakhir kumohon jangan pulang dulu, aku akan menunggu nona di lorong toilet."

Aku mengangguk seperti anak anjing.

Kemudian dia tersenyum lagi, dan tanpa berkata lagi, Jungkook berlari meninggalkanku dengan lambaian tangan. Aku membalasnya.

Lalu perhatianku tertuju pada secarik kertas di genggamanku.

Apa maksudnya ini?

Katanya, dia akan bertemu lagi denganku saat konsernya.

Mulutku terbuka lebar. Aku baru menyadarinya.

Berarti....

Dia memberikannya padaku.

Untukku?!

Tanganku bergetar. Sedetik kemudian aku merasakan keningku membentur lantai cukup keras dan semuanya menjadi gelap.

Kuharap ini bukan lagi hanya sekedar mimpi.

----------

Next chapter