13 Kematian

*Di Rumah Sakit tepatnya di ruang UGD*

"Resa, Ibu di sini, di sampingmu. Dan coba lihat di samping ibu, Ayahmu juga ada di sini, jadi bangunyah nak... Ibu ingin meminta maaf padamu. Ini semua salah Ibu. Ibu sudah meninggalkanmu sendirian, dan melupakanmu begitu saja. Jadi Resa bangunyah, ayo sayang buka matamu...(menangis)"

"Sarni hentikan, Resa suda pergi."

"...(menangis)... Ini semua salahku, aku melupakannya, aku melupakan anakku sendiri...(menangis)... Resa maafkan ibu nak."

"Ayah sebaiknya bawa Ibu Sarni keluar dulu dari ruangan, agar dia sedikit merasa tenang." Ucap seorang pria berjas abu-abu.

"Baiklah, Ayah serahkan Resa padamu."

"Hmm." Gumam Zhu Zheng pelan.

Zhu Zheng menatap Resa dalam diam dan menyentuh perlahan pipi yang sudah terasa dingin dan kaku itu,

"Kamu sangat kurus...(Mendesah)"

"An." Panggil Zhu Zheng.

"Ya Zhu Zheng."

"Kamu sudah menyiapkan tempat yang aku minta?"

"Ia aku sudah menyiapkannya. Tapi Zhu Zheng... Kamu benar-benar akan melakukan ini?"

"Hm."

An yang merupakan teman kuliah sekaligus orang kepercayaan Zhu Zheng, kini tidak mampu lagi berkata-kata akan tindakan yang akan di lakukan Zhu Zheng pada Resa. An berpikir bahwa Zhu Zheng sudah mengalami sakit jiwa, dan tidak dapat lagi tertolong. Tapi apa yang bisa An lakukan mengenai tindakan gila Zhu Zheng(?) Memarahinnya, sudah An lakukan. Bahkan pihak keluarganyapun tidak dapat melakukan apa-apa.

"Pindahakan Resa hari ini ke tempat yang kamu siapkan itu!"

Sesungguhnya hidup di dunia ini banyak di penuhi dengan kesalahpahaman.

Seperti, kesalahpahaman Resa pada Zhu Zheng.

Karena 'Apa yang kamu lihat, belum tentu apa yang terlihat.'

Resa. Pria itu meninggalkan dunia ini dengan rasa penasaran terhadap orang-orang yang pergi meninggalkannya satu demi satu, dan kebencian yang sangat dalam yang tertanam di dalam lubuk hatinya.

Semoga saja Resa pergi meninggalkan dunia ini dengan damai.

.....

Di ruangan ICU, aurah kebahagiaan terpancar di se isi ruangan. Saking bahagiannya membuat beberapa orang yang berada di ruangan tersebut sampai tidak bisa mengatakan apa-apa. Se isi ruangan tersebut hanya bisa menangis dengan penuh kebahagiaan di wajah mereka.

"Bunda, adik RanRan benar-benar telah sadar? Ini luar biasa. Ini, ini benar-benar sebuah keajaiban dari tuhan."

"Lili jangan terlalu berisik. Lihat wajah adikmu, sudah terlihat kebingungan."

"Maafkan aku bunda. Lili terlalu bahagian."

"Sudah-sudah, semuannya minggir dulu, biar Yuda memeriksa keadaan adik RanRan."

"Kakak Yuda periksa yang benar yah...?!"

"Ia, ia. Emangnnya selama tiga bulan ini kakak Yuda nggak bener meriksa dan merawat adik RanRan?"

"Umm hehehe... Lili hanya khawatir saja."

"Oh astaga, bunda hampir saja lupa. Bunda lupa memberi tahu ayahmu kalau RanRan sudah siuman."

"Biar Lili saja yang memberitahu Ayah." Setelah mengucapkan itu, seorang gadis cantik yang bernama Lili itupun berlari keluar dari ruangan ICU menuju ke UGD.

Gadis itu berlari menghampiri Ayahnya yang kini sedang berdiri di depan jenazah yang sudah di tutupi dengan kain berwarna putih. Awalnya gadis yang bernama Lili itu ingin berteriak dan mengatakan pada Ayahnya bahwa adik tercintannya sudah siuman. Tapi karena melihat situasi di ruangan UGD tersebut tidak mendukung untuk mengatakan kata-kata yang penuh dengan musim semi. Jadi gadis tersebut mengurungkan niatnnya.

Melihat Ayahnya dan kedua orangtua Zhu Zheng yang sedang berdiri di samping jenazah yang telah di tutupi kain putih, kini membuat pikiran Lili berkeliaran ke mana-mana.

"A–ayah, Zhu Zheng meninggal?" Kata Lili dengan wajah pucat, "Perasaan aku baru saja melihatnya kemarin di kantor! Bagaimana bisa, bagaimana bisa Zhu Zheng..."

Koplaakk... (di jitak)

"Kamu pikir Zhu Zheng meninggal? Zhu Zheng belum meninggal."

"Ja–jadi siapa orang yang di tutupi dengan kain putih ini?"

An menghembuskan napasnnya dan berkata dengan wajah sendu, "Kamu masih ingat tidak dengan Resa. Teman sekelompok kita 10 tahun yang lalu?"

Lili sedikit berpikir, dan kemudian membulatkan matanya, "Resa. Pria yang membuat Zhu Zheng sampai membatalkan pernikahannya dengan Anita?"

Jawab An dengan anggukan kepala.

Lili terkejut dan seketika kembali memucat seputih kertas. Lili berjalan ke arah jenazah Resa yang sudah di tutupi kain putih, dan membuka perlahan kain putih tersebut, hanya untuk memastikan kalau itu benar-benar adalah Resa.

Entah apa yang ada dalam pikiran Lili sampai membuat tangannya bergetar pada saat mengangkat kain berwarna putih tersebut.

Tapi belum sempat Lili melihat wajah Resa yang tertutup di balik kain tersebut, tangan Lili sudah lebih dulu di cegat oleh Ayahnya.

"Jangan melihatnya jika kamu merasa tidak sanggup."

Lili menurunkan kembali tangannya, ekspresi wajah Lili terlihat rumit. Lili menatap An dan ingin mengatakan sesuatu, akan tetapi melihat kedatangan Zhu Zheng dari arah belakang An, jadi Lili menurunkan kembali niatnnya.

Zhu Zheng, "Paman Afan, Ran sudah siuman. Sebaiknya paman ke ICU dulu."

Paman Afan, adalah kolega bisnis almarhum Ayah Zhu Zheng yang sudah meninggal sejak Zhu Zheng berusia lima belas tahun. Dan istri dari Afan atau bisa di katakan saja orangtua Lili yang bernama Mirna adalah kakak dari Ibu Zhu Zheng yang bernama Zhu Yiran.

Jadi bisa di katakan Lili dan Zhu Zheng sudah saling kenal satu sama lain. Hanya saja Lili tidak terlalu dekat dengan Zhu Zheng, di karenakan Zhu Zheng adalah tipe orang yang pendiam dan malas berbicara maupun bersosialisasi dengan orang lain. Bahkan dengan keluarganya sekalipun.

.

.

.

Bersambung . . .

Selesai pengetikan pada hari–

Rabu, 17 – 06 – 2020. Pukul 09.34 Wita.

avataravatar
Next chapter