webnovel

" Not Fine " (1)

***

Maret 2020 ~

Waktu yang menunjukan pukul 11.30 malam, sudah hampir semua toko yang ada disana sudah tertutup rapat oleh sebuah pagar besi penghalang. Sebuah Mall yang terlihat sudah memadamkan beberapa pencahayaan. Tepatnya disalah satu salon kecantikan yang terlihat sedang menutup salon dan merapihkan tempat tersebut.

Wanita berambut panjang yang sedang menguncir rambutnya sambil memandangi sebuah toko baju diseberang jalan. Ia memandangi sebuah gaun cantik berwarna pink muda dengan renda yang corak bunga. Padangannya terlihat seperti ingin memiliki gaun tersebut.

" Cantik .."

Bahkan gaun saja diperlakukan dengan baik. Disaat semua orang bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan, kenapa aku begitu sulit. Seberapa keras aku berkerja tetap saja aku tidak bisa mendapatkan ap ayang aku inginkan. Itulah hidupku selama 30 tahun, seperti tidak ada keberuntukan dalam hidupku.

Gemerlap kota Jakarta yang tak pernah berhenti bergerak. Kota yang sangat sibuk dengan orang-orang yang gila pekerjaan. Walau hari sudah hampiri tengah malam tetap saja beberapa jalanan masih saja macet. Dipenghujung musim hujan ini membuat udara menjadi sedikit dingin namun hangat. Aroma aspal jalanan yang bercampur air hujan tercium tajam dan sisa air yang menggenang setelah hujan turun beberapa jam yang lalu.

Sambil menghela nafas panjang, Arin yang melanjutkan langkahnya menuju halte bus. Saat ia berjalan tiba-tiba ponselnya berdering, segara Arin mengambil ponselnya dan kembali jalan.

-Mina-

" iya Min kenapa .. ?" saut Arin kemudian mendengarkan perkataan Mina.

Arin yang baru saja sampai helte bus yang bersama dengan bus yang sudah tiba, ia pun segera menaikinya. Ia segara mencari tempat kosong, duduk dibangku dekat jendela. Untungnya bus tidak terlalu ramai karena ini sudah sangat malam dan mungkin ini jam operasional bus berakhir.

" terus lu kapan pindahnya ..?" tanya Mina.

" emm .. hari sabtu depan .." ucap Arin.

" ehhh ..!! kenapa harinya samaan dengan acra reunian sekolah sih ...". ucap Mina yang terdengar terkejut tapi hal itu membuat Arin teringat tentang suatu hal yang ia lupakan karena sibuk bekerja.

Aprilia Putri Mina, dipanggil Mina. Dia adalah teman Arin sejak di SMA. Hanya dia satu-satu teman SMA yang masih saling berhubungan. Dengan sifatnya yang sedikit tertutup dan pemalu membuatnya sulit mendapatkan banyak teman. Bukan hanya itu semua teman SMA yang dekat dengannya seperti menghilang tanpa kabar, hanya Mina lah satu-satunya yang masih berteman baik dengannya.

" ohh iya, gua lupa Min .. biarin ajalah ! lagian gue gak ada niatan buat pergi kesana .." ucap Arin yang sedikit murung.

" udah gue duga, pasti lu nggak bakalan dateng lagi ..".

" emangnya lu dateng ..?" tanya Arin.

" iya dong, gue datang .. lagian udah lama juga gue nggak nikmatin waktu sendirian , Arfa' kan lagi sama neneknya di Bandung, jadi gue bebassss ..". ucap Mina yang terdengar bahagia dan membuat Arin pun ikut senang mendengra temannya yang bersemangat itu. " pas pindah ada yang perlu dibantu gak ?" tanya Mina.

" enggak, nggak ada kok .. gua cuman bawa baju sama beberapa perlengkapan lainnya, lagian gue 'kan bukan mau pindah rumah juga.. udah nggak usah, lu nikmatin waktu ngedate bareng suami lu aja ..." jelas Arin.

" ya udah kalo gitu .. OH !! suamiku sudah datang .. sudah dulu yaa, nanti gua telepon lagi .. byee .. " ucap Mina yang langsung mematikan ponselnya hingga membuat Arin sedikit tercenang melihat tingkah temannya yang langsung berubah saat suaminya datang. Sambil mematikan ponselnya, Arin tersenyum sambil menggelengkan kepalanya membayangkan ekspresi Mina setelah mematikan ponsel, tapi tiba-tiba saat Arin melihat pantulan dirinya di kaca jendela bus ia mulai terpikir tentang apa yang dibilang Mina.

" Reunian ..? reunian yahh .. hufff ..". desah Arin saat memikirkan perkataan itu. Arin membayangkan betapa senangnya jika dirinya juga bisa. Tapi dirirnya yang merasa tidak percaya dirinya jika harus bertemu dengan orang-orang yang mungkin datang dengan membawa ke suksesan mereka, dan ia hanya bisa merasakan bahwa dirinya lah orang yang tak pernah maju. Hal itu membuat dirinya selalu menghindari cara seperti itu.

***

Musim Semi 2020 ~

Kanada. 8.30 Am.

Brian masih mengenakan baju handuk karena ia baru saja keluar dari kamar mandi, ia mendengar ponselnya berdering diatas meja makan. Dengan tangan kanannya ia memegang telepon dan tangan kirinya mengerikan rambutnya yang masih basah dengan menggunakan handuk.

" emm .." jawabnya dengan datar dan berjalan kearah ruang baju yang berada tak jauh dari kamar mandinya. Dengan mendengarkan, ia juga sibuk memilih pakaian yang akan ia kenakan. Ia memutuskan untuk mengambil kemeja putih yang berukuran besar dibandingkan tubuhnya dan celana yang juga lebih besar dari pada ukuran kakinya.

Karena ia harus mengenakan pakaian, ia pun mengubah mode ponsel menjadi speaker agar ia lebih mudah mengenakan pakiannya, ia letakan diatas lemari kaca yang berisi koleksi jam tangannya.

" Brian ! kenapa nggak langsung pergi ke Jakarta aja ? kenapa malah ke Bali ? masalahnya untuk tiket penerbanan Bali besok sudah penuh semua, bagaiman ?" Tanya seorang laki-laki yang berbicara seperti logat orang sunda.

" gua'kan udah bilang .. gua cuman pengan pergi kesana buat liat pantai, harus sampai berapa kali sih gua ngucapkan ini, gue nggak mau tahu ! lu harus dapet tiketnya malam ini juga " ucap Brian yang merasa udah kehilangan kesabaran dengan temannya dan Brian merasa semua terjadi karena kecerirobohan temannya.

" iya tapikan .. kalau nggak dapat gimana ?" ucapnya memelas agar Brian meringankan tugasnya.

" yaa .. gue nggak mau tahu pokoknya lu haru dapet, udah sana gue mau makan dulu .. !! gue tutup ..." ucap Brian tanpa mendengarkan ucapan temannya dan langsung mematikan ponselnya karena sudah kehilangan kesabaran.

Setelah selesai mengenakan pakaian, Brian langsung pergi keruang kerja miliknya yang bersebelahan dengan kamarnya. Rumahnya yang cukup luas dengan dekor yang terlihat modren klasik ini tanpa begitu mewah. Brian duduk dikursi kerjanya yang menyalakan komputer miliknya, mengirim sebuah cek biru bergambar gendung tinggi yang ia buat beberapa hari ini yang akan ia kirimkan ke seorang pengusaha indonesia. Setelah mengirim Email, ia juga melihat banyak sekali pesan dan spam yang masuk di Emailnya

-Undangan Reunian SMA Budi Halim ke 49-

-Spam-

-Aprilanmina01@.com-

Sentak jarinya berhenti men-scrol, saat melihat terdiam saat melihat sebuah pesan masuk dari email yang ia kenal, dengan sedikit keraguan ia membuka pesan tersebut.

" Oii ..! Brian .. apa lu masih inget gue ? Gue Mina teman lu di SMA, bagaimana keadaan lu ? Apa kanada begitu nyaman ? sampai-sampai lu mengabaikan undangan pernikanhan gue, sudahlah lupakan itu, pasti lu udah dapet undangan dari sekolah'kan ? gue berharap tahun ini lu bisa datang ! jaga diri lu baik-baik".

Setelah membaca membuat Brian menghela nafas dan bersandar dipunggung kursi. Wajahnya termenung memandangi sebuah foto yang dikirimkan Mina. Sebuah foto terakhir ia bersama dengan teman-teman kelasnya, dan arah matanya terfocus pada seorang yang berdiri disampingnya.

Seorang wanita yang berambut pendek dengan senyumnya yang manis ia adalah Arin Dewi Asyla , Seseorang yang sangat ia sukai, cinta bertepuk sebelah tangan yang masih ia harapkan. Ia terpikir beberapa hal yang sudah ia lupakan setelah 10 tahun. Hanya satu hal yang tak pernah ia lupakan, seseorang yang selalu menjadi inspirasinya dan penyesalan terbesar ia meninggalan Indonesia.

***

Next chapter